Jumat, 14 Juni 2013

welcom to my blog, Nanda Dwi Wahyudi: King Pontianak - vote aku dong untuk menjadi duta ...

welcom to my blog, Nanda Dwi Wahyudi: King Pontianak - vote aku dong untuk menjadi duta ...: ayoo bantu vote aku dong biar jadi duta terfavorite seIndonesia cara nya gampang... klik   http://t.co/6fBu9erddD  lalu pilih mobile acad...

King Pontianak - vote aku dong untuk menjadi duta im3 favorit seIndonesia

ayoo bantu vote aku dong biar jadi duta terfavorite seIndonesia cara nya gampang...
klik http://t.co/6fBu9erddD lalu pilih mobile academy 2013 >cowo> klik profil aku (nanda dwi wahyudi) > lalu vote Nanda Dwi Wahyudi (@nandadwiwahyudi) sebagai #DutaIM3terbaik2013Nasional #mobac2013 … di tnggu yg bnyk yaaa

Sabtu, 01 Juni 2013

Paris Van Pontianak

kalo menurut saye kote mode kedua setelah paris tu adalah pontianak. tau ndak ngape???
yang pertame nih karne fashionnye. cobe kitak tengok apepun yang agik ngetrend di pontiank nih langsung booming. pokok e segale macam pasar tu penoh lah, ape agik mall yg di samping hotel santika alias KP. paas agik model baju bunge-bunge, hamper semue cewek pake baju itu sampe-sampe kalo udah saye bejalan kemane pun rase di taman bunge. ape agik model e ade yg ngembang. haaa cocok lah dah sampe kawan saye yg laki bilang kurang kumbang ee jak tu. hahaha gitu gk dengan musim celane warne warni pening kepala mandang nye. ade yg atasan e warne merah bawah e ijau, di padupadankan atasan ala tribal, bawah bunge-bunge. rase tabrak lari mandang nye mendadak pontianak nih pun banyak pelangi, dari warne merah sampe ke ungu mak jande pun ade.


teros, alasan saye yg kedua bilang pontianak nih macam paris karene cewek-cewek nye banyak yg jadi model. ahaiiiiiiiiiiii.....uhuiiiiii......
di pontianak klo nak jadi model tu gampang, biarpun muke tadak seberape asal punye kawan tukang poto haaa jadilah..gampang die punye pose tu mana tahannnnnnnnnnnnnnn
pokok nye hasil nye tu lawar lah. sampai-sampai kawan saye pun pernah ketipu. kenalan lewat fesbuk, di poto muke budak tu lawar,puteh,bohaiiiiii. eh sekali ketemu muke same , maaf ye agak frontal dikit muke asli same poto macam bumi same langit. hammmattttttttttttt.....
ibarat kalo kite ketemu di jalan tu ye , dari belakang cewek malam minggu sekali depan malam jum'at!!!!!
ape agik model cewek sekarang nih bnyak yg macam bunglon. muke puteh, begitu tengok leher sampai tangan eee alaaaaa rase nak bilang cewek ke zebra nihhh
hahahahaahaha dahh semoge bise menghibur kawan kawan yg agik galau ^^

Kamis, 30 Mei 2013

materi-meteri akuntansi keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2 tentang Akuntansi Penyusutan  menyatakan bahwa:

“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan baik secara langsung maupun tidak langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17 Paragraf 2)


      Mesin. Harga perolehan mesin meliputi:
         Harga mesin menurut faktur pembelian
         Biaya angkut
         Biaya masuk pabean
         PPN
         Biaya bongkar dan angkut ke dalam pabrik
         Biaya pemasangan mesin
         Biaya percobaan mesin
d.      Kendaraan. Harga perolehan kendaraan meliputi:
         Harga kendaraan menurut faktur pembelian
         Biaya balik nama

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan diperoleh dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut ini:
a.       Dibeli secara tunai (purchase of cash)
b.      Dibeli secara kredit (purchase on deferred payment)
c.       Pertukaran (acquisition by exchange)
d.      Membuat sendiri (acquisition by self construction)
e.       Diterima sebagai hadiah atau penemuan (acquisition by gift or discovery)

Setiap aktiva tetap yang telah dimiliki harus dicatat ke dalam kartu aktiva tetap atau sub buku besar aktiva tetap. Format kartu aktiva tetap akan terlihat seperti berikut ini:
Nama Aktiva:                                                                                                      Kode:
Tgl.
Pemasok
Harga
Penyusutan
Akm. Penyusutan
Nilai Buku
Metode
%






Untuk memenuhi kepentingan pengawasan dalam pencatatan aktiva tetap dilakukan dalam beberapa jenis kartu aktiva tetap. Kartu-kartu aktiva tetap tersebut antara lain:
a)      Kartu Induk Aktiva Tetap
Kartu ini memuat informasi secara lengkap mengenai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh salah satu kartu induk aktiva tetap adalah sebagai berikut:

Kartu Induk Aktiva Tetap
Kelompok Aktiva     : Kendaraan Angkutan
Jenis Aktiva               : Truk
No. Aktiva                   : 1000
Bagian                         : Penjualan
Merek
Tahun Pembuatan
No. Ref
Tanggal Perolehan
Harga Perolehan
Nilai Residu
Penyusutan
(%)
Toyota
2010
1100
28 Okt 2010
150.000.000
150.000.000
20%
Perubahan
Tanggal
Ket
3 Agu 2008
Perbaikan
1781
-
6.000.000
-
20%

b)      Kartu Eksploitasi Aktiva Tetap
Kartu ini memuat beban-beban eksploitasi antara lain beban pemeliharaan, reparasi, penyusutan dan pajak. Contoh bentuk kartu eksploitasi aktiva tetap adalah sebagai berikut:

Kartu Eksploitasi Kendaraan
No. Aktiva                   : 13.000
Jenis Aktiva               : Bus
Merk Pabrik              : Mercedes Benz
Tahun Pembuatan    : 2009
No. Polisi                     : F 1358 AN
Tanggal
Ref
Mutasi Beban
Tanggal
Ref
Mutasi Pendapatan
Keterangan
Jumlah
Keterangan
Jumlah
2010 Juni
1
101
102
Bahan bakar
Retribusi
480.000
100.000
2010 Juni
1
202
Jasa angkutan
1.600.000

c)      Kartu Inventaris
Kartu ini digunakan mencatat aktiva yang nilainya relatif kecil, tetapi mempunyai masa penggunaan lebih dari satu tahun seperti dongkrak mobil, obeng, kunsi pas, dan kap lampu rumah. Contoh bentuk kartu inventaris adalah sebagai berikut:

DAFTAR INVENTARIS
No.
Urut
Nama
Inventaris
Tanggal
Perolehan
No.
Ref
Jumlah
No.
Aktiva
Bagian
Jumlah
Harga
Keterangan
1
Kap lampu
2 Agu 2010
311
25
5.214
produksi
2.000.000
Berada di rumah dinas Jl. Banjarwangi Sukabumi

d)     Kartu Penyusutan Aktiva tetap
Kartu ini memuat informasi harga perolehan, penyusutan tiap tahun dan harga buku tiap aktiva tetap. Contoh kartu penyusutan aktiva tetap adalah sebagai berikut:

Kartu Penyusutan Mesin
Jenis Mesin                                 : Mesin Cetak
Nomor                                         :1.317
Mulai dioperasikan                  : 6 Oktober 2004
Taksiran Masa Penggunaan  : 10 tahun
Nilai Residu                                : 10.000.000
Metode Penyusutan                  : Garis Lurus
Tahun
Harga Perolehan
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun
Nilai buku Akhir Tahun
2005
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 14.000.000
Rp 136.000.000
2006
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 28.000.000
Rp 122.000.000
2007
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 42.000.000
Rp 108.000.000
2008
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 56.000.000
Rp  94.000.000
2009
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 70.000.000
Rp   80.000.000
2010
Rp 150.000.000
Rp 14.000.000
Rp 84.000.000
Rp   66.000.000


oleh: Oliver Fr. Tambunan

Menurut Hadibroto (2000; 245) ada beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap dalam sebuah entitas usaha. Diantaranya adalah:
1. dengan pembelian tunai,
2. dengan pembelian angsuran,
3. dengan pertukaran aktiva lain,
4. dengan membuat sendiri,
5. sewa guna usaha,
6. pertukaran sekuritas, dan
7. dari pemberian atau hadiah.

Cara perolehan aktiva tetap ini akan mempengaruhi akuntansi daripada aktiva tetap, khususnya mengenai masalah biaya perolehannya sampai dengan aktiva tetap ditetapkan dan siap dipergunakan. Berikut akan diuraikan tiap cara dari perolehan aktiva tetap ini.

1. Pembelian tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara pembelian tunai akan memerlukan uang kas. Pengeluaran yang menjadi biaya perolehan aktiva tetap tersebut adalah harga aktiva itu sendiri ditambah dengan segala biaya yang menyangkut padanya, seperti pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya uji coba, dan biaya lain- lain. Biaya- biaya di atas merupakan biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan dalam proses produksi.

Biaya yang dibebankan pada pembelian tanah sebagai contoh, selain daripada harga dasar tanah itu sendiri termasuk juga biaya- biaya seperti: komisi bagi perantara, pengukuran tanah, pematangan tanah, penelitian, sertifikat tanah, dan biaya lain- lain yang menyangkut pembeliannya.

Biaya yang dimaksudkan dalam pembelian aktiva tetap lainnya, seperti bangunan, kendaraan, dan lain-lain akan sama dengan aktiva yang disebutkan di atas yaitu biaya- biaya yang memungkinkan aktiva tersebut siap untuk dipergunakan. Jika aktiva yang dibeli merupakan barang bekas, selalu dibebankan pula biaya onderdil yang baru yang diperlukan, biaya perbaikan, jika perlu biaya pengecatan dan biaya lain-lain, yang dinilai dapat menambah nilai guna dan umur manfaat aktiva tetap tersebut sehingga dapat dipergunakan secara maksimal.

2. Pembelian angsuran

Apabila aktiva diperoleh dengan pembelian angsuran untuk beberapa jangka waktu yang cukup lama, maka perhitungan biaya perolehannya bergantung pada kontrak jual- belinya. Pada pembelian yang demikian selalu dikenakan bunga, dan bunga atas pembelian angsuran tersebut dibebankan pada biaya bunga, tidak termasuk dalam biaya perolehan aktiva. Dengan kata lain perolehan aktiva tetap ini sama dengan cara perolehan aktiva tetap melalui pembelian tunai.

3. Pertukaran dengan aktiva lain

Selain dengan pembelian tunai dan angsuran, aktiva tetap juga dapat diperoleh dengan mempertukarkan aktiva tetap dengan suatu aktiva tetap lainnya baik yang sejenis ataupun tidak. Suatu aktiva yang diperoleh degan tukar-tambah, harga aktiva yang baru (pengertian baru disini, tidak senantiasa barang yang belum pernah dipakai) dinilai dengan harga pasarnya. Perbedaan harga antara aktiva yang baru dan nilai buku aktiva yang lama akan merupakan keuntungan atau kerugian dalam pertukaran kedua aktiva ini. Apabila aktiva yang baru ini dibeli dengan tunai, maka biaya perolehan dari aktiva ini adalah jumlah uang tunai yang dikeluarkan, sedangkan selisih harga aktiva baru dan nilai buku aktiva lama akan merupakan keuntungan ataupun kerugian.

4. Membuat sendiri

Adakalanya aktiva dalam perusahaan diperoleh dengan cara membuat sendiri. Ini selalu dilakukan karena biaya perolehannya akan lebih rendah atau kualitas yang lebih baik daripada membeli. Dalam hal ini, ada bermacam-macam biaya yang ditimbulkan dalam proses pembuatan sendiri aktiva tetap, hingga aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan perusahaan dalam proses produksi.

Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan dalam menjalankan operasi bisnisnya:
a. Mamanfaatkan fasilitas yang menganggur,
b. Menghemat biaya konstruksi,
c. Mencapai standard kualitas konstruksi yang lebih tinggi,
d. Agar dapat segera dioperasikan.

Dalam hal ini, biaya perolehan aktiva tetap merupakan seluruh biaya- biaya pembuatannya, bahan baku, tenaga kerja dan biaya tidak langsung lainnya yang merupakan biaya- biaya di luar daripada biaya operasi perusahaan sehari-hari.

5. Sewa guna usaha

Sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang- barang modal untuk digunakan oleh suatu entitas usaha dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran- pembayaran secara berkala disertai hak pilih (option) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang- barang modal bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha setelah berakhirnya masa sewa guna.

Ada dua kemungkinan yang sering digunakan:
a. Sewa guna usaha dianggap sebagai persetujuan sewa- menyewa (operating lease), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha tidak memiliki hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
b. Sewa guna usaha dianggap sebagai transaksi pembelian/ penjualan (finance lease), adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama.

6. Pertukaran dengan sekuritas

Perusahaan bisa mendapatkan aktiva tetapnya melalui pertukaran dengan surat- surat berharga atau sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan, baik berupa sekuritas hutang maupun sekuritas saham. Pada dasarnya, nilai perolehan aktiva yang didapat melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas harus diukur berdasarkan:
a. Harga pasar dari sekuritas yang diserahkan dalam transaksi,
b. Harga pasar yang didapat.

Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas biasanya terjadi dalam rangka merger atau akuisisi.

7. Pemberian atau hadiah

Aktiva yang diperoleh sebagai pemberian atau hadiah dari pihak lain, sebenarnya tidak memiliki pengeluaran biaya. Kalaupun ada biaya yang dikeluarkan, biaya tesebut merupakan biaya yang muncul dalam rangka memperolehnya dan jumlah biaya tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan nilai daripada aktiva itu sendiri.

Meskipun demikian, karena aktiva ini dipergunakan dalam operasi bisnis perusahaan, maka aktiva ini harus mempunyai biaya perolehan dalam rangka pembebanan penyusutannya (depreciation). Pada umumnya dalam hal ini, aktiva tetap harus dinilai biaya perolehannya dan dibukukan sebagai aktiva tetap dengan nilai buku. Penilaian biaya perolehan ini merupakan penambahan kekayaan perusahaan, atau menjadi sumber penambahan modal. Dalam pembukuan, hal ini diseimbangkan dengan perkiraan modal donasi (donation capital account) pada sisi kredit.

Sebagai contoh, asumsikan sebuah perusahaan mendapatkan sebuah kendaraan hasil donasi yang nilai bukunya ditaksir sekitar Rp. 17.000.000,-. Ayat jurnal untuk mencatat pemberian tersebut adalah:

              Kendaraan                                                Rp. 17.000.000,-
                           Modal Donasi - Kendaraan                       Rp. 17.000.000,-


Aktiva tetap yang dimiliki atau diperoleh melalui sumbangan/ donasi disebut dengan nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini wajib dicatat di sebelah debet sebesar harga pasar yang wajar atau sebesar penilaian yang wajar yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai (appraisal company) yang independent. Sedangkan penyeimbang pada sisi kredit dicatat sebagai modal donasi (donation capital).

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002:16,7) berpendapat bahwa, “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkredit akun modal donasi”.

Aktiva tetap yang diperoleh atau dimiliki melalu sumbangan atau donasi dicatat sebagai aktiva apabila hak yang melekat atas aktiva tetap tersebut telah diterima. Apabila ada biaya- biaya dalam rangka perolehan ini, maka biaya- biaya tersebut dicatat sebagai resume expenditure. Sebagai contoh bagian dari resume expenditure adalah biaya surat-surat, biaya akte, dan lain sebagainya.

Apr 1, '11 12:57 AM
for everyone

Posted by Admin KeuLSM → on January 28, 2010 in Akuntansi, Artikel | 8 Comments
Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an atau penurunan fungsi.
Apa Itu Penyusutan (depresiasi) aktiva tetap ?
Logika umum : Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi .
Bandingkan dengan yang dibawah ini :
Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut.
atau ; Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan operasional perusahaan secara umum.
Pencatatan (Jurnal) Atas Penyusutan :
Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx
Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir kwartal, akhir tahun buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya, lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini…).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
  1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
    Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan. Mengenai “Harga Perolehan” telah kita bahas secara rinci pada artikel sebelumnya, yang belum membaca, silahkan [-baca-]
  2. Nilai Residu (Salvage Value)
    Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
  3. Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)
    Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :
    - Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
    - Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).
Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis.
  1. Pola Penggunaan Aktiva
    Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.
Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)
Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan, karena paling mudah dan paling relevan dengan perlakuan akuntansi.
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan, peralatan kantor.
Formula :
Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :
Contoh Kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :
Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000-150,000) : 8] = Rp 981,250,-
Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
…….dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,-
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-
Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.
Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Konsep Dasarnya :
Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu jenis aktiva mesin produksi.
Formula :
Contoh Kasus :
Mempergunakan contoh kasus sebelumnya…..
Cari “rate penyusutan (d%)” terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah :
Dengan menggunakan rate di atas, yaitu sebesar 39%, “Jadwal Penyusutan” menggunakan Declining Balance Method dapat dibuat, seperti dibawah :
Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Metode Saldo menurun (Declining Balance Method), salvage value di akhir tahun ke delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika menggunakan Metode Garis Lurus (Straight Line Method) yaitu Rp 150,000. Hanya saja, jika kita perhatikan pada kolom “Depreciation (penyusutan) nampak bahwa dengan menggunakan metode Saldo Menurun, harga perolehan yang dialokasikan ke dalam penyusutan (dibebankan pada Harga Pokok Penjualan) dialokasikan sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut. Hal ini didasari oleh konsep yang dianut oleh metode ini, dimana suatu aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap memberikan best performance diawal-awal penggunaannya.
Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis lurus.
Catatan Penting :
Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva yang manapun, yang terpenting :
(-). Metode apapun yang dipergunakan, hendaknya diterapkan secara konsisten.
(-). Jika perusahaan mengganggap perlu melakukan perubahan atas metode penyusutan yang diterapkan, hendaknya dicantumkan dalam penjelasan atas sistem akuntansi yang dipergunakan pada laporan keuangan, disertai dengan alasannya.
Metode Penyusutan Aktiva Tetap : Jumlah Angka Tahun
Posted by Sri Astuti → on March 11, 2011 in Akuntansi, Artikel | 0 Comment
Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahun memiliki konsep yang sama dengan metode penyusutan saldo menurun berganda
Metode penyusutan aset tetap berdasarkan jumlah angka tahunjuga merupakan metode penyusutan yang dipercepat dengan pertimbangan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan asset tetap akan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia aset tetap. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah penyusutan pada tahun-tahun berikutnya dalam metode ini akan diimbangi dengan peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan
Namun metode ini jarang digunskan karena undang-undang perpajakan membatasi penggunaannya untuk keperluan pajak.
Dalam metode ini, beban penyusutan ditentukan dengan mengalikan biaya perolehan awal aset dikurangi estimasi nilai sisa dengan pecahan yang lebih kecil setiap tahunnya.
Angka penyebut dalam pecahan yang digunakan untuk menentukan beban penyusutan adalah jumlah angka tahun selama masa manfaat aset. Sebagai contoh, aset tetap dengan masa kegunaan 4 tahun akan memiliki angka penyebut 10 (4 + 3 + 2 + 1).
Angka pembilang dalam pecahan adalah jumlah tahun sisa masa manfaat pada tiap tahun yang bersangkutan. Tahun pertama angka pembilangnya adalah 4, pada tahun kedua angka pembilangnya adalah 3, pada tahun ketiga angka pembilangnya adalah 2, dan pada tahun keempat angka pembilangnya adalah 1.
Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset tetap memiliki masa manfaat selama empat tahun. Nilai perolehan aset sebesar Rp 10 juta dengan nilai sisa pada akhir tahun kempat sebesar Rp 1 juta. Maka depreciable cost atau biaya perolehan aset tetap yang dapat disusutkan adalah sebesar Rp 9 juta.
Th
Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa
Tingkat Penyusutan
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1
9.000.000
4/10
3.600.000
3.600.000
6.400.000
2
9.000.000
3/10
2.700.000
6.300.000
3.700.000
3
9.000.000
2/10
1.800.000
8.100.000
1.900.000
4
9.000.000
1/10
900.000
9.000.000
1.000.000
Bagaimana jika aset tetap diperoleh tidak pada awal pada awal tahun?
Sebagai ilustrasi, diasumsikan aset tetap pada contoh di atas diperoleh pada awal bulan April.
Th
Biaya Perolehan Dikurangi Nilai Sisa
Tingkat Penyusutan
Jumlah Bulan
Penyusutan
Akumulasi Penyusutan pada Akhir Tahun
Nilai Buku pada Akhir Tahun
1
9.000.000
4/10
9/12
2.700.000
2.700.000
7.300.000
2
9.000.000
4/10
3/12
900.000
2.925.000
4.375.000
3/10
9/12
2.025.000
3
9.000.000
3/10
3/12
675.000
2.025.000
2.350.000
2/10
9/12
1.350.000
4
9.000.000
2/10
3/12
450.000
1.125.000
1.225.000
1/10
9/12
675.000
5
9.000.000
1/10
3/12
225.000
225.000
1.000.000